Semangat
persatuan dan kesatuan untuk memperjuangkan kemerdekaan hanya tinggal kenangan.
Sejak Tanah Air lepas dari penjajahan, rasa tersebut mulai pudar. Tidak ada lagi
semangat untuk "memerdekakan" bangsa Indonesia. Kemerdekaan hakiki
setelah masa penjajahan adalah kesejahteraan dan kehidupan yang layak.
Sebaliknya, Indonesia seperti kembali ke zaman
purbakala. Hukum rimba lebih dikedepankan ketimbang mempertahankan kebangkitan
rasa, semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme. Kini, masyarakat
mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya. Sehingga, rakyat kecil tidak
pernah merasakan dan menerima haknya hidup di negara merdeka.
Individu kaya semakin berlimpah harta, sementara
orang miskin kian merana dengan segala keterbatasannya. Sudah tidak terlihat
rasa iba dengan sesama anak bangsa. Individu dan kelompok masyarakat kaya asyik
dengan kegiatan yang menghambur-hamburkan uang. Sementara kaum miskin hanya bisa
meratapi tanpa bisa merakan hal sama.
Sebagian besar kaum kaya juga dengan tega dan
bengis merampok uang rakyat. Antara sadar dan tidak sadar, mereka memanfaatkan
kewenangan merampok yang rakyat dengan korupsi. Tanpa rasa takut apa pun,
mereka dengan santai membunuh hak hidup sejahtera, pendidikan, dan kesehatan
kaum miskin.
Bukan hanya rasa yang hilang pada masa ini. Rasa
persatuan dan kesatuan juga terkikis habis. Masyarakat mudah sekali dihasut
untuk saling menyakiti. Budaya bentrok dan kekerasan dalam menyelesaikan
persoalan merupakan pilihan tunggal. Padahal, bentrok terjadi sesama anak
bangsa yang hidup di bumi Indonesia.
Tragisnya, pemerintah dan aparat keamanan juga
lemah menghadapi budaya seperti ini. Terkesan, bentrok antarwarga yang notaben
masih saudara, seperti dibiarkan. Sama artinya bangsa Indonesia kembali ke
zaman sebelum kebangkitan nasional tumbuh.
Begitu pula dengan rasa nasionalisme. Berkali-kali
Indonesia mengalami gangguan kehormatan dan kedaulatan, namun para petinggi di
negeri ini tidak merespons seperti para pahlawan. Para petinggi di negeri ini
lebih memilih dipolomasi dan memaafkan negara pengganggu hanya demi keuntungan.
Akibatnya, Indonesia tetap menjadi bulan-bulanan negara lain tanpa bisa berbuat
atau bertindak.
Sikap nasionalisme seperti Iran dan Korea Utara
(Korut) sudah punah di negeri ini. Nasionalisme sekadar ucapan, tanpa
direalisasikan dengan tindakan. Berulang kali Indonesia dilecehkan Malaysia,
berulang kali pula Indonesia memaafkannya. Berulang kali bangsa Indonesia
diperlakukan keji di negara Arab, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa.
sumber : m.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar